Haji & Umrah: Jejak Awal Rasulullah

Kategori : Sejarah Islam, Ditulis pada : 29 Juni 2025, 15:29:36

Perjalanan suci Haji dan Umrah adalah rukun Islam yang memiliki akar sejarah sangat dalam, bahkan jauh sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Namun, dengan kedatangan Rasulullah, praktik ibadah ini mengalami transformasi besar, diberikan makna dan tata cara yang kini kita kenal. Menelusuri jejak awal Rasulullah SAW dalam melaksanakan dan mensyiarkan Haji serta Umrah bukan hanya memahami ritual, melainkan menyelami semangat, pengorbanan, dan visi kenabian yang membentuk identitas umat Islam hingga hari ini.

 

Kondisi Mekah Pra-Kenabian

 

Sebelum kenabian Muhammad, Ka'bah di Mekah sudah menjadi pusat peribadatan dan perdagangan suku-suku Arab. Namun, seiring waktu, kesucian Ka'bah tercemar oleh keberadaan berhala-berhala. Praktik Haji dan Umrah saat itu pun bercampur dengan tradisi pagan yang jauh dari ajaran monoteisme Nabi Ibrahim AS, pendiri asli Ka'bah. Ketika kenabian tiba, salah satu misi utama Rasulullah adalah mengembalikan kemurnian ajaran tauhid dan membersihkan Ka'bah dari segala bentuk syirik.

 

Kerinduan di Mekah dan Hijrah ke Madinah

 

Fase awal kenabian di Mekah adalah masa-masa sulit. Dakwah Islam masih terbatas dan seringkali mendapat perlawanan sengit dari kaum Quraisy. Dalam kondisi ini, pelaksanaan ibadah secara terang-terangan, termasuk Haji dan Umrah, sangat dibatasi. Meskipun demikian, semangat beribadah di Ka'bah tetap membara di hati Rasulullah dan para sahabat. Mereka mungkin tidak dapat melaksanakan Haji atau Umrah dalam bentuk yang sempurna seperti yang ditetapkan kemudian, tetapi mereka senantiasa menghadap Ka'bah dalam salat, menguatkan ikatan spiritual dengan Baitullah.

Setelah hijrah ke Madinah, kondisi umat Islam mulai membaik. Mereka memiliki kebebasan lebih untuk menjalankan ibadah. Namun, Mekah, dengan Ka'bahnya, masih berada di bawah kendali kaum Quraisy. Kerinduan untuk berziarah ke Baitullah adalah kerinduan yang mendalam bagi setiap Muslim. Ini tercermin dalam beberapa upaya dan peristiwa penting yang mengukir sejarah Haji dan Umrah.

 

Perjanjian Hudaibiyah: Titik Balik Harapan

 

Peristiwa paling monumental yang menunjukkan kerinduan ini adalah Perjanjian Hudaibiyah pada tahun ke-6 Hijriah (628 M). Rasulullah SAW dan sekitar 1.400 sahabat berniat untuk melaksanakan Umrah. Mereka berangkat dengan niat damai, tidak membawa senjata perang, hanya pedang bersarung. Namun, kaum Quraisy menghadang mereka di Hudaibiyah. Meskipun pada akhirnya tidak jadi melaksanakan Umrah pada tahun itu, perjanjian ini menjadi titik balik penting. Di antara klausul perjanjian adalah gencatan senjata selama 10 tahun dan izin bagi umat Muslim untuk datang berumrah pada tahun berikutnya. Ini menunjukkan betapa besar keinginan Rasulullah untuk menghubungkan kembali umat Islam dengan pusat ibadah mereka.

 

Umrah Qadha dan Fathu Makkah: Pemulihan Kesucian

 

Setahun kemudian, pada tahun ke-7 Hijriah (629 M), Rasulullah SAW dan para sahabat akhirnya dapat melaksanakan Umrah Qadha (Umrah Pengganti). Ini adalah Umrah pertama yang dilaksanakan oleh Rasulullah dan para sahabat setelah hijrah, dan menjadi penanda penting bahwa umat Islam mulai mendapatkan kembali hak mereka atas Ka'bah. Rasulullah memasuki Mekah dengan tenang dan melaksanakan tawaf serta sa'i, mengembalikan syiar Islam di Tanah Suci. Momen ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga demonstrasi kekuatan damai Islam dan pemenuhan janji Allah SWT.

Puncak dari perjalanan ini adalah Fathu Makkah (Penaklukan Mekah) pada tahun ke-8 Hijriah (630 M). Dengan penaklukan Mekah, Ka'bah sepenuhnya kembali ke tangan umat Islam. Rasulullah SAW segera membersihkan Ka'bah dari 360 berhala yang mengelilinginya, mengembalikan kemurnian tauhid Nabi Ibrahim. Setelah itu, beliau memimpin para sahabat untuk melaksanakan tawaf, menjadi teladan bagi setiap Muslim untuk membersihkan hati dan jiwa mereka dari segala bentuk kemusyrikan. Meskipun Fathu Makkah bukan Haji atau Umrah secara spesifik, peristiwa ini adalah prasyarat penting untuk pelaksanaan Haji dan Umrah yang murni.

 

Haji Wada': Puncak Ajaran dan Perpisahan

 

Akhirnya, pada tahun ke-10 Hijriah (632 M), Rasulullah SAW melaksanakan Haji Wada' (Haji Perpisahan). Ini adalah satu-satunya Haji yang dilaksanakan oleh Rasulullah secara sempurna sesuai syariat Islam. Dalam Haji Wada' ini, beliau menyampaikan khutbah yang sangat penting, yang dikenal sebagai Khutbah Wada'. Khutbah ini berisi prinsip-prinsip dasar Islam, hak asasi manusia, persamaan derajat, dan larangan riba, menjadi pedoman hidup bagi umat Islam sepanjang masa. Haji Wada' bukan hanya puncak dari ibadah Rasulullah, tetapi juga penegasan tata cara Haji yang benar, yang kemudian menjadi contoh abadi bagi seluruh umat Muslim.

 

Warisan Abadi

 

Melalui jejak langkah Rasulullah SAW dalam Haji dan Umrah, kita belajar tentang keteguhan iman, kesabaran dalam menghadapi cobaan, pentingnya membersihkan diri dan lingkungan dari kemusyrikan, serta kepemimpinan yang bijaksana. Setiap tahapan, dari kerinduan di Mekah, Perjanjian Hudaibiyah, Umrah Qadha, Fathu Makkah, hingga Haji Wada', adalah pelajaran berharga yang menggarisbawahi komitmen Rasulullah untuk menegakkan ajaran tauhid dan memastikan kelangsungan ibadah mulia ini bagi generasi mendatang. Warisan ini terus hidup dalam setiap jemaah Haji dan Umrah yang melangkahkan kakinya ke Tanah Suci, mengikuti jejak Rasulullah SAW.

#Haji #Umrah #RasulullahSAW #SejarahIslam #TanahSuci #Ibadah #JejakNabi

Cari Blog

10 Blog Terbaru

10 Blog Terpopuler

Kategori Blog

Chat Dengan Kami
built with : https://safar.co.id